Amilia Agustin : Bersama, Berkarya dan Berkelanjutan Menjadikan Inspirasi Generasi Muda Peduli Lingkungan
Keberadaan sampah sudah bukan rahasia umum lagi, hampir di setiap penjuru lingkungan, keberadaan sampah tak bisa di hindari Seperti Keberadaan sampah plastik. mengutip dari Badan Pusat Statistik(BPS) 2021 limbah plastik di Indonesia sudah mencapai 66 juta ton per tahun.
Hal ini dikarenakan masih minimnya kesadaran masayarakat tentang dampak sampah yang berada di lingkungan kita, sekarang bagaimana masyarakat bisa peduli dan ikut serta dalam mengurangi sampah?
Seorang aktivis lingkungan muda yang telah menciptakan perubahan signifikan di lingkungan sekolah dan masyarakatnya. Ia adalah Amilia Agustin, yang dikenal sebagai "Ratu Sampah Sekolah,". Amelia lahir di Bandung, 20 April 1996 dan suka dipanggil Ami.
Dari masa sekolah hingga ia bekerja, ia terus berkomitmen akan tetap peduli terhadap lingkungan. Amilia menuturkan, “Akan tetap peduli terhadap lingkungan selama masih ada di bumi ini.” Hal ini yang membuat Amilia semangat dalam menjalankan pergerakan ini. Hal ini menginspirasi kita, generasi muda, untuk peduli terhadap lingkungan.
Flashback ke masa ketika julukan Ratu Sampah Sekolah diberikan kepada seorang siswi SMP bernama . Ketertarikan Amilia terhadap lingkungan dimulai ketika ia masih di bangku SMP saat berusia 14 tahun. Ia melihat banyaknya sampah yang tidak terkelola dengan baik di sekolah dan sekitarnya. Hal ini memicunya untuk mencari solusi dan memulai gerakan kecil-kecilan bersama teman-temannya. Mereka mulai dengan mengumpulkan sampah plastik dan mendaur ulangnya menjadi berbagai barang yang berguna. Amilia terdorong untuk membentuk komunitas yang mengelola sampah melalui program "Go to Zero Waste School."
Gerakan "Go to Zero Waste School" oleh Amilia Agustin
Gerakan program "Go to Zero Waste School," dengan tujuan menciptakan lingkungan sekolah yang bebas sampah. Gerakan ini untuk mengedukasi dan menginspirasi siswa, guru, serta staf sekolah untuk mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah dengan lebih efektif.
Amilia tidak hanya fokus pada proses pengelolaan sampah, tetapi juga memberikan peluang bagi generasi muda untuk mengembangkan prinsip-prinsip sosial entrepreneurship. Sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan kemudian dibagi menjadi empat bidang pengelolaan: sampah anorganik, sampah organik, sampah tetrapak, dan sampah kertas. Dari empat cara pengelolaan sampah ini, Amilia dan komunitasnya memberdayakan sampah yang dapat menghasilkan nilai ekonomis dan berguna sehari-hari, seperti membuat tas dan pupuk kompos.
Dari gerakan program "Go to Zero Waste School" ini, Amilia berhasil membuat SMP Negeri 11 Bandung menjadi sekolah yang sangat sehat dan bersih. Keberhasilan ini juga berkat bimbingan dari salah satu guru biologi, Ibu Nia Kurniati, yang menjadi fasilitator dan pembimbingnya.
Amilia dan komunitasnya memberanikan diri mengikuti ajang Young Changemakers dari Ashoka Indonesia. Proposal programnya disetujui dan program tersebut berkembang, menginspirasi banyak siswa di Bandung. Program ini berkembang dengan biaya operasional 2,5 juta rupiah.
Amilia terus menjalankan aktivitas di bidang lingkungan secara berkelanjutan sejak di bangku SMA. Di SMA, Amilia aktif memberikan sosialisasi daur ulang sampah kepada ibu-ibu di sekitarnya agar ikut andil dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Dari kegiatan ini, Amilia menciptakan inisiatif luar biasa dengan gerakan "Mengubah Sampah Menjadi Berkah".
Fhoto: Tumpukan sampah di pinggir jalan
Kepedulian Amilia terhadap lingkungan tidak hanya berhenti di sekolah. Program ini terus berlanjut di bangku kuliah dan dunia kerja. Melalui gerakan peduli lingkungan ini, Amilia mengajak kita semua untuk bersama-sama, berkarya, dan berkelanjutan menjadikan generasi muda lebih peduli terhadap lingkungan.
Peraih Penghargaan SATU Indonesia Awards Termuda
Ketika duduk di bangku SMP, Amilia berhasil meraih penghargaan bergengsi dari Astra Indonesia. Pada usia 14 tahun, ia menjadi kandidat termuda yang memenangkan apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2010 dalam kategori lingkungan. Hadiah yang diterimanya tidak ia nikmati sendiri, melainkan digunakan untuk mendukung komunitas lokal dalam mendaur ulang kain perca menjadi kerajinan bernilai ekonomi tinggi.
Saat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Bali, Amilia membawa semangat pelestarian lingkungan ke kampusnya. Ia mendirikan "Udayana Green Community" pada tahun 2014 hingga 2018. Amilia berhasil mengumpulkan sekitar 30 relawan. Komunitas ini fokus pada pengelolaan sampah dan sosialisasi pengelolaan sampah di tingkat dasar, termasuk di sekolah-sekolah dan masyarakat.
"Kegiatan utamanya fokus pada pengelolaan sampah, tapi sekarang lebih ke sosialisasi pengelolaan sampah ke tingkat dasar, jadi ke sekolah-sekolah dan masyarakat," kata Amilia.
Amilia dan komunitasnya secara rutin mengadakan kegiatan edukasi mengenai pentingnya lingkungan hidup di beberapa sekolah-sekolah SD, SMP dan masyarakat banjar di Kota Denpasar, Bali. Mereka juga mengadakan pelatihan bagi warga desa mengenai pengolahan sampah terpadu. Amilia mengamalkan nilai Tri Hita Karana (ajaran agama Hindu), yaitu menghormati Tuhan, manusia, dan alam, dalam setiap kegiatan lingkungannya.
Amilia diundang ke acara “Kick Andy”
Pada tahun 2012, Amilia diundang ke acara “Kick Andy” untuk berbagi kisah inspiratifnya. Ia menyampaikan slogan yang menjadi ikon gerakannya, yaitu “Jika kita bukan orang sembarangan, jangan buang sampah sembarangan.” Slogan ini menggambarkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan dampak positif yang dapat dihasilkan.
Kepedulian Amilia tidak hanya terbatas pada masalah sampah. Ia juga tertarik pada masalah pendidikan dengan mengajar anak-anak yang tinggal di sekitar rel kereta api.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1, Amilia diterima bekerja di Pamapersada Nusantara, anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang pertambangan di Kalimantan, pada bagian CSR (Corporate Social Responsibility). Amilia sangat senang bekerja di sini karena program Astra sudah banyak berkontribusi membantu masyarakat Indonesia.
Amilia Agustin, dengan julukan "Ratu Sampah Sekolah," telah membuktikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari hal kecil dan berkembang menjadi gerakan besar yang menginspirasi banyak orang. Dedikasi dan komitmennya dalam menjaga lingkungan menjadi contoh nyata bagi generasi muda untuk bersama-sama, berkarya dan berkelanjutan dalam upaya pelestarian alam.
Kepeduliannya terhadap lingkungan dan dedikasinya dalam berbagai kegiatan sosial menjadi teladan bagi banyak orang. Dengan semangatnya, Amilia menunjukkan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan positif untuk dunia yang lebih bersih dan sehat.
Referensi