Theresia Dwiaudina Sari Putri: Mengabdi untuk Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Terpencil Uzuzozo, NTT
Uzuzozo, NTT — Di sudut terpencil Nusa Tenggara Timur (NTT), di Desa Uzuzozo, terdapat satu kisah inspiratif tentang dedikasi dan ketulusan yang mengantarkan dirinya memenangkan apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2023, dalam kategori kesehatan. Ia adalah Theresia Dwiaudina Sari Putri, seorang tenaga kesehatan yang penuh semangat, telah menjadikan Desa Uzuzozo sebagai ladang pengabdian untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Uzuzozo, sebuah desa yang terletak jauh dari keramaian dan aksesibilitas modern, menghadapi tantangan besar dalam hal kesehatan. Jarak yang jauh dan infrastruktur yang minim seringkali membuat layanan kesehatan sulit dijangkau.
Di sana Theresia mengajarkan para orang tua, terutama ibu-ibu, tentang pola asuh yang baik dan nutrisi yang sehat untuk anak. Hasilnya, jumlah bayi stunting di Uzuzozo terus berkurang. Di sinilah peran Theresia Dwiaudina Sari Putri menjadi sangat krusial. Dengan penuh dedikasi, ia telah berkomitmen untuk membawa perubahan positif dalam kehidupan masyarakat desa Uzuzozo.
Theresia Dwiaudina Sari Putri, yang dikenal akrab dengan sebutan "Theresia dari Uzuzozo," memulai misinya dengan langkah-langkah sederhana namun berdampak besar. Setiap pagi, ia berjalan menempuh jarak yang tidak sedikit untuk mencapai posyandu setempat, di mana ia menyediakan layanan kesehatan dasar, seperti pemeriksaan kehamilan, imunisasi, dan konseling gizi. Tidak jarang, Theresia harus melintasi medan yang berat, termasuk sungai dan hutan, untuk menjangkau pasien-pasiennya yang tersebar di berbagai penjuru desa.
Awal Theresia Dwiaudina Sari Putri Menjadi Bidan Desa Uzuzozo
Cerita tentang Theresia Dwiaudina Sari Putri bukan hanya tentang perjuangan melawan tantangan fisik, tetapi juga tentang keinginan kuat untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Melalui dedikasinya, banyak ibu hamil dan anak-anak di Uzuzozo yang kini mendapatkan perawatan yang layak dan perhatian yang mereka butuhkan. Kesehatan ibu dan anak, yang sebelumnya sering diabaikan, kini menjadi prioritas utama, berkat usaha tanpa kenal lelah dari Theresia.
Pada tahun 2013, setelah lulus dari SMA 1 Ende, Theresia sebenarnya memiliki mimpi yang jauh dari dunia kesehatan. Ia bercita-cita melanjutkan pendidikan di bidang seni, salah satu passion yang ia tekuni selama masa remajanya. Namun, cita-cita tersebut harus ia kesampingkan setelah orang tuanya menginginkan Theresia untuk melanjutkan pendidikan di bidang kebidanan. Dengan berat hati, ia menerima harapan tersebut dan masuk ke Program Diploma 3 Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya.
Lulus pada tahun 2016, Theresia kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Ende, NTT. Kabupaten ini bukan hanya tempat ia dibesarkan, tetapi juga tempat tinggal keluarganya. Ayahnya, Kanis Sari, bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kecamatan Nangapanda, sementara ibunya, Herlina Kaleka, adalah seorang petani. Kembali ke kampung halaman, Theresia tidak langsung memikirkan kariernya di bidang kesehatan. Namun, sebuah kesempatan yang datang tak terduga mengubah jalannya.
Kepala Desa Uzuzozo menawarkan Theresia menepati posisi sebagai tenaga kesehatan pertama di desa tersebut. Tawaran ini muncul setelah pemerintah kabupaten mengeluarkan kebijakan untuk memberdayakan tenaga non-honorer dalam mengisi kekosongan tenaga kesehatan di daerah-daerah terpencil. Karena tidak ada yang bersedia mengambil tugas tersebut, kepala desa memutuskan untuk menawarkan posisi itu kepada Theresia.
Theresia menerima tawaran itu dengan beberapa pertimbangan. Sebagai lulusan baru, ia membutuhkan pekerjaan dan ingin mendapatkan pengalaman di lapangan. Meskipun jarak ke Uzuzozo cukup jauh dan medan yang sulit, Theresia merasa ini adalah kesempatan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat yang membutuhkan.
Pada tahun 2017, Theresia resmi menjabat sebagai tenaga kesehatan honorer di Desa Uzuzozo. Namun, tantangan yang dihadapinya tidak berhenti pada kondisi geografis yang sulit. Sebagai tenaga honorer, ia hanya menerima gaji dari dana desa yang cair setahun sekali atau setiap enam bulan sekali. Ini berarti Theresia harus mengandalkan dukungan finansial dari orang tuanya untuk kebutuhan sehari-hari.
Meskipun menghadapi banyak keterbatasan, Theresia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi. Pengabdian di Uzuzozo menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya, di mana ia tidak hanya memberikan layanan kesehatan, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi masyarakat desa. Keputusannya untuk bertahan dan mengabdi tanpa pamrih mencerminkan komitmen dan ketulusan yang jarang ditemui, menginspirasi banyak orang untuk tetap berdedikasi meski dalam kondisi yang serba terbatas.
Bidan Theresia Merangkul Dukun Beranak
Ketika diawal Theresia bekerja sebagai bidan Desa Uzuzozo pada tahun 2017. Theresia pun rutin memeriksakan kesehatan ibu hamil di kecamatan Ende Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah Theresia mendata ibu hamil di desa Uzuzozo, nyaris semua ibu hamil di desa itu melahirkan dengan bantuan dukun beranak bukan melahirkan dengan fasilitas kesehatan.
Praktik melahirkan di dukun sangat beresiko bagi ibu dan bayi. Theresia pelan-pelan mengedukasi para ibu hamil supaya melahirkan di fasilitas kesehatan. Usaha Theresia tidak semudah membalikkan telapak tangan, ia mesti berhadapan dengan dukun beranak yang sudah puluhan tahun di Desa Uzuzozo.
Theresia Tak ingin mematikan penghasilan dukun beranak, Theresia mengatakan mereka bisa bekerja sama dalam membantu proses persalinan. “Saya bilang kita bisa berkolaborasi, saya bantu ibu hamil ketika persalinan dan mama dukun bantu urus anak. Jadi kerja mama juga lebih ringan,” Kata Theresia.
Perlahan usaha Theresia menyakinkan dukun beranak dan ibu hamil pun membuahkan hasil, mereka mulai percaya pada Theresia. Pelan-pelan mengedukasi para ibu hamil agar melahirkan di fasilitas kesehatan. Contohnya salah satu ibu hamil yang bernama Susilia Muku, 39 Tahun warga Desa Uzuzozo yang memutuskan untuk di bantu proses melahirkan anak ke-7 nya di fasilitas kesehatan.
Kegiatan Posyandu di Desa Uzuzozo
Selain membantu ibu hamil melahirkan, Theresia melayani imunisasi ibu hamil dan bayi. Kegiatan posyandu di Desa Uzuzozo pun kini dilakukan sebulan sekali bagi balita dan lansia. Bukan hanya itu saja Theresia menyiapkan makanan sehat yang bisa di konsumsi gratis seperti bubur kacang hijau yang dana nya ia pakai dari dana desa. Theresia juga memberikan pemahaman kepada ibu-ibu tentang pentingnya menjaga gizi anak untuk mencegah stunting.
Menurut Kepala Desa Uzuzozo Iwan Ray ”Pada tahun 2019, terdapat 15 anak di Desa Uzuzozo yang mengalami stunting. Kini jumlahnya menurun setelah Theresia gencar memberikan edukasi pada masyarakat soal pola asuh hingga gizi untuk anak".
Komitmen Theresia tidak hanya terlihat dari aktivitas sehari-harinya, tetapi juga dari inovasi yang ia bawa. Salah satu inisiatif terbesarnya adalah pelatihan kepada para kader kesehatan lokal. Dengan membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, Theresia memastikan bahwa layanan kesehatan dapat terus berlanjut meski ia tidak selalu berada di lapangan. Pelatihan ini juga membantu mengatasi masalah kekurangan tenaga kesehatan yang sering dihadapi desa-desa terpencil.
“Saya sudah enam tahun lebih berada di Desa Uzuzozo. Ya jadi kaya perkembangannya memang belum banyak. Puji Tuhan, mungkin waktu itu dengan 5 persen, sekarang saya menjamin hampir 85-90 persen, sudah maintenance siklus kesehatan, SDM masyarakat sudah paham tentang kesehatan , sudah ada fasilitas kesehatan yang mereka perlukan. Bahkan pelayananya dari rumah ke rumah, jadi tidak mungkin tidak terjangkau,” ucap Theresia saat berada di radio idola semarang(13/11/2023).
Bidan Theresia Dwiaudina Sari Putri sedang memeriksa kesehatan ibu hamil di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda,Kabupaten Ende, NTT. Foto: Instagram dwiaudn_(Theresia Dwiaudina Sari Putri)
Theresia akan terus semangat melakukan kegiatan tersebut agar terus menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya kesehatan orang tua maupun anak. Dukungan yang diberikan oleh Kepala Desa Uzuzozo terkait dana desa diharapkan dapat membantu menyelesaikan persoalan kesehatan mulai dari memenuhi sarana dan prasarana kesehatan yang masih minim.
Semenjak Theresia menerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023, Theresia kini semakin terkenal oleh masyarakat. Program-program yang ia jalankan lebih banyak pihak yang mengertahuinya. “Pada akhirnya bisa memudahkan saya dalam melakukan kegiatan-kegiatan saya,” tutur Theresia.
Hadiah yang didapat Theresia dari apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2023, ia manfaatkan untuk mendukung programnya. Dari hadiah itu Theresia bisa membelikan alat-alat untuk membangun inovasinya, seperti pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dan alat-alat kesehatan lebih canggih yang bisa dibawa kemana-mana jika ia bertugas, Theresia juga membelikan bahan-bahan pemenuhan nutrisi untuk anak dan ibu hamil, Semua itu berkat dukungan dari Astra International. Bukan hanya itu saja, Sarana satu mobil pick up desa pun sudah disediakan, dan dapat digunakan untuk mengantar ibu hamil melahirkan ke fasilitas kesehatan.
Penduduk desa, yang selama ini hidup dalam keterbatasan, merasakan dampak positif dari keberadaan Theresia. Mereka menyebutnya sebagai “berkat” yang datang dengan semangat dan tekad. Kehadirannya memberikan harapan baru dan memperbaiki kualitas hidup mereka yang selama ini terabaikan.
Theresia Dwiaudina Sari Putri adalah contoh nyata bagaimana satu orang dengan tekad dan dedikasi dapat membuat perubahan besar. Di tengah ketidak pastian dan tantangan, dia terus berjuang untuk memastikan bahwa kesehatan ibu dan anak di Uzuzozo mendapatkan perhatian yang sepatutnya.
Di masa depan, Theresia berharap agar lebih banyak tenaga kesehatan yang terinspirasi untuk bergabung dalam perjuangannya, dan agar lebih banyak perhatian diberikan kepada desa-desa terpencil yang membutuhkan dukungan.
Kisahnya adalah inspirasi bagi banyak orang dan pengingat bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari langkah-langkah kecil yang penuh arti. Maka mari bersama, berkarya dan berkelanjutan.
Referensi
https://sumateraekspres.bacakoran.com